Friday, August 20, 2010

Kening-kening yang bersujud





"Dan masuklah pintu gerbangnya sambil bersujud."
( Al-Baqarah:58 )

Ath-Thabari Rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma yang berkata tentang ayat di atas, "Mereka diperintahkan masuk dalam keadaan ruku'."

Ath-Thabari berkata, "Arti asal sujud ialah membungkukkan badan kepada sesuatu yang dijadikan sebagai objek sujud, kerana mengagungkannya, ia dikatakan sajid ( orang yang sujud )."

Ath-Thabari berkata lebih lanjut, " Itulah penahsiran Ibnu abbas tentang firman Allah Ta'ala, 'Sujjadan.' Maksudnya ruku'. Sebab, orang yang ruku' itu membungkukkan badan, kendati orang yang sujud itu lebih membungkukkan badan dirinya."1


" Kenapa mereka tidak beriman? Dan apabila Al-Qur'an dibcakan kepada mereka, mereka tidak sujud."
( Al-Insyiqaq:20-21 )

Syeikh Muhammad Ash-Shawwaf berkata, "Sujud ialah metafora ( kiasan ) tentang ketundukan dan kekhusyukan yang harus diberikan kepada Al-Qur'an. Sedang yang dimaksudkan dengan sujud pada ayat di atas ialah solat. Dan, disebutkan sujud ( solat ) dengan iman itu menunjukkan ketinggian dan kedudukan agung solat dalam Islam. Solat itu tiang dan fondasi utama agama. Siapa yang mengejakannya dengan konsisten, ia mendirikan agama. Dan, siapa tidak mengerjakanya, ia meruntuhkan agama."2

Kesimpulannya, nilai sujud itu berasal dari makna-makna itu semua (ketundukan, kekhusyukan, dan lain-lain). Ketundukan, pengagungan, kekhusyukan, dan merendahkan diri adalah indaksi yang menunjukknpenyembahan pelakunya kepada pihak yang dijadikan sebagai objek ibadahnya. Dan, sujud adalah gerakan besar yang menunjkkan makna-makna ibadah. Sebab, dalam sujud, ketundukan terjadi secara sempurna. Hal-hal negtif, misalnya kesombongan hilang setelah kening dan hidung menempel ke tanah. Ya, menempelkan  kening dan hidung ke tanah yang sering diinjak-injak kaki adalah indikasi kuat ketundukan dan kepasrahan pelakunya kepada Dzat yang ia sembah, Sujud tidak boleh diberikan kecuali kepada Allah Ta'ala. Kerana itu, semua bentuk ketundukan kepada selain dari Allah adalah batil dan tidak sah.




1. At-Tafsir Ath-Thabari, jilid II, hal. 104-105
2. Fatihatu Al-qur'an, Muhammad Ash-Shawwaf, hal. 304.




Dipetik tanpa diolah dari "Taujih Ruhiyah - Pesan-Pesan Spiritual Penjernih Hati,Jilid 2,Abdul Hamid Al-Blali,hal.20-22

No comments:

Post a Comment